Tulisan pada bagian ketiga adalah upaya untuk "membumikan" kewirausahaan disekolah. Tulisan bagian pertama lebih menitik beratkan pada fungsi dan peran pengelola sekolah, sedangkan tulisan kedua masih sama, hanya saja sudah mulai melibatkan peran peserta didik. Namun pada tulisan ketiga ini, penulis mencoba untuk melibatkan seluruh keluarga besar sekolah untuk aktif dalam kewirausahaan sekolah.
Guru dapat memasukkan semangat kewirausahaan pada mata pelajaran yang diampunya. Materi pelajaran dapat dikaitkan dengan kewirausahaan. Hal ini tentu menuntut kreatifitas guru yang bersangkutan untuk memilih tema pembelajaran yang tepat (bukankah kreatifitas bagian dari jiwa wirausaha?). Kewirausahaan secara kognitif melalui pembelajaran dikelas kemudian dapat ditindak lanjuti dengan melibatkan aspek psikomotor dan afektif. Psikomotor dapat berupa sentra-sentra produksi, sedangkan afektif berupa pembiasan kegiatan kewirausahaan itu sendiri, dengan peserta didik dilibatkan dalam pengelolaannya. Dilibatkan. Bukan hanya sebagai petugas lapangan saja, namun juga diajak bertindak sebagai manajer.
Kewirausahaan dari segi psikomotor, peserta didik dapat diarahkan pada sektor produksi dengan sentra-sentra produksi. Sebagi contoh penerapan ekstrakurikuler yang menghasilkan produk, program OCOP (One Class One Produk), dan program taman menghasilkan.