Monday, 15 June 2015

Entrepreneur dalam Pendidikan (bag. 3)

Tulisan pada bagian ketiga adalah upaya untuk "membumikan" kewirausahaan disekolah. Tulisan bagian pertama lebih menitik beratkan pada fungsi dan peran pengelola sekolah, sedangkan tulisan kedua masih sama, hanya saja sudah mulai melibatkan peran peserta didik. Namun pada tulisan ketiga ini, penulis mencoba untuk melibatkan seluruh keluarga besar sekolah untuk aktif dalam kewirausahaan sekolah.


Guru dapat memasukkan semangat kewirausahaan pada mata pelajaran yang diampunya. Materi pelajaran dapat dikaitkan dengan kewirausahaan. Hal ini tentu menuntut kreatifitas guru yang bersangkutan untuk memilih tema pembelajaran yang tepat (bukankah kreatifitas bagian dari jiwa wirausaha?). Kewirausahaan secara kognitif melalui pembelajaran dikelas kemudian dapat ditindak lanjuti dengan melibatkan aspek psikomotor dan afektif. Psikomotor dapat berupa sentra-sentra produksi, sedangkan afektif berupa pembiasan kegiatan kewirausahaan itu sendiri, dengan peserta didik dilibatkan dalam pengelolaannya. Dilibatkan. Bukan hanya sebagai petugas lapangan saja, namun juga diajak bertindak sebagai manajer.


Kewirausahaan dari segi psikomotor, peserta didik dapat diarahkan pada sektor produksi dengan sentra-sentra produksi. Sebagi contoh penerapan ekstrakurikuler yang menghasilkan produk, program OCOP (One Class One Produk), dan program taman menghasilkan.


Tuesday, 9 June 2015

Entrepreneur dalam Pendidikan (bag. 2)

Tulisan kedua ini masih menyoroti tentang entrepreneur dalam pendidikan. Tulisan yang pertama menitikberatkan pada potensi akademik yang dimiliki oleh institusi pendidikan sebagai modal untuk menarik "klien". Potensi tersebut dioptimalkan sehingga menjadi daya tarik, misalnya unggul dalam prestasi akademik peserta didik, unggul dalam prestasi pengajar, menjadi sekolah yang dijadikan rujukan masyarakat (baca: favorit).


Berbeda dengan tulisan pertama, pada bagian kedua penulis menitikberatkan pada pembentukan suatu Badan Usaha Dana yang dimiliki sekolah, untuk selanjutnya penulis singkat menjadi  BUDS (Badan Usaha Dana Sekolah). Pada setiap institusi pendidikan, khususnya sekolah, memiliki kelembagaan Koperasi Sekolah. Optimalisasi peran Koperasi Sekolah sebagai sarana pembelajaran bagi peserta didik sedikit banyak sudah dilakukan, biasanya dengan melibatkan peserta didik sebagai pramuniaga. Namun demikian peran koperasi sekolah sebenarnya masih bisa digali lagi dengan koperasi sekolah yang all out. Hal ini berarti koperasi sekolah benar-benar dapat digunakan sebagai salah satu BUDS yang mengahsilkan keuntungan secara finansial.

Disqus Shortname

Comments system