Teori Max Webber dan Aplikasinya di Dunia Pendidikan
Oleh Dwi Hatmoko
A. Pendahuluan
Max
Webber bernama asli Maximilian Webber. Dia adalah seorang pemikir dibidang
sosiologi. Lahir ditahun 1864 dikeluarga yang secara ekonomi mapan dan memiliki
intelektual yang baik. Disamping itu lingkungan keluarga yang religius turut
membentuk Max Webber. Hal ini tercermin dalam konsep-konsep teori yang
dikemukakannya. Konsep teorinya cenderung formal dan normatif.
Di
kesempatan penulis mencoba menghubungkan konsep teori dari Max Webber yang
diaplikasikan di dunia pendidikan. Dunia pendidikan dipilih karena penulis
merupakan seorang pendidik di sekolah. Relevansi penerapan teori Max Webber di
dunia pendidikan oleh penulis sebenarnya merupakan upaya penulis melihat lebih jauh
tentang teori-teori sosial yang ada bila dikaitkan dengan dunia pendidikan.
Konsep teori Max Webber yang dibahas pada kesempatan ini ada tiga konsep teori.
B. Pembahasan
1. Konsep
Teori Max Webber
Max
Webber yang pernah menjabat sebagai guru besar di beberapa universitas antara
lain di Berlin, Freiburg, dan Heidelberg. Konsep teori yang pernah
dikemukakannya yaitu:
a.
Teori Etika Protestan dan Semangat
Kapitalisme
Menurut
Max Webber, etika protestan sangat berpengaruh pada berkembangnya semangat
kapitalisme. Ajaran Calvin didalam Protestan, dianggapnya mempengaruhi
perkembangan kapitalisme. Didalam ajaran tersebut tersirat bahwa nasib manusia
akan masuk surga atau neraka sudah ditentukan di dunia berupa keberhasilan
secara ekonomi. Keberhasilan ekonomi akan diinvestasikan untuk melakukan
tindakan sosial yang lain sehingga diharapkan mampu menjadi bekal ke surga.
b.
Teori Perilaku Sosial
Menurut
Max Webber perilaku manusia dalam lingkungan sosial setidaknya dibagi ke dalam
empat prioritas. Empat prioritas tersebut yaitu:
1.
Orientasi nilai
Manusia
memiliki orientasi dalam perilakunya dikarenakan nilai dan norma yang
dianutnya. Sebagai contoh, manusia hidup dalam heterogenitas satu sama lain,
akan tetapi terjadi kesatuan diantara mereka. Hal ini disebabkan karena kesadaran
akan pentingnya nilai kebersamaan dan kesadaran akan mahluk sosial.
2.
Orientasi tujuan secara rasional
Manusia
dibekali dengan akal dan pikiran dalam menuntun perilakunya. Keadaan ini
menimbulkan perilaku manusia dilakukan karena tujuan-tujuan yang dianggapnya
rasional. Sebagai contoh adalah keinginan untuk hidup mapan, maka perilaku
rasional yang dilakukan adalah bekerja keras.
3.
Orientasi pada afektif/perasaan
Manusia
disamping dibekali akal pikiran juga dibekali dengan perasaan. Terkadang
tindakan manusia seringkali didasarkan pada emosi yang ada sehingga perilakunya
hanya terbawa emosi. Kejadian bunuh diri di masyarakat dapat dikategorikan
dalam tindakan yang berorientasi perasaan.
4.
Orientasi pada tradisional/irrasional
Max
Webber menganggap perilaku yang berorientasi tradisional sekaligus tindakan
yang irrasional. Dia menggabungkan antara tradisional dan irasional karena
menganggap perayaan tradisional seringkali tidak berpijak pada rasionalitas
yang ada. Menurutnya besarnya biaya yang dikeluarkan didalam perayaan
tradisional alangkah baiknya bila diinvestasikan kepada hal-hal yang lebih
bermanfaat secara rasional.
Empat
prioritas tersebut berdiri sendiri-sendiri, meskipun di lapangan prioritas
tersebut sering kali bercampur satu sama lain. Keadaan tersebut karena perilaku
manusia seringkali memiliki lebih dari satu orientasi dalam kenyataannya.
c.
Teori Politik dan Kekuasaan
Didalam
dunia politik dan kekuasaan, Max Webber memberikan setidaknya ada 3 macam
legitimasi kekuasaan. Kekuasaan dapat diperoleh melalui 3 cara yaitu:
1)
Kekuasaan berdasarkan keturunan
Kekuasan
yang didapatkan berdasarkan garis keturunan banyak dianut oleh negara dengan
sistem monarki, meskipun tidak menutup kemungkinan negara selain monarki.
Sistem monarki dipimpin oleh seorang raja atau ratu yang nanti akan diturunkan
kepada keturunannya yang memiliki status putra mahkota.
2)
Kekuasaan berdasarkan kharisma
Pemilihan
penguasa berdasarkan kharisma seringkali dijumpai dalam masyarakat tradisional.
Kharisma tokoh tertentu menjadi daya tarik masyarakat untuk memilihnya.
Pertimbangan secara rasionalitas sering diabaikan.
3)
Kekuasaan berdasarkan legalitas
konstitusional
Di
masa modern sekaran ini, kekuasaan pada umumnya diperoleh melalui jalur
legalitas konstitusional. Pemilu merupakan contoh nyata. Disamping itu dalih
aturan dan perundang-undangan juga dipakai dalam memperoleh kekuasaan.
2. Aplikasi
Teori Max Webber di Dunia Pendidikan
Di
dunia pendidikan bila dicermati lebih lanjut ternyata ada beberapa teori Max
Webber yang sesuai dengan keadaan di lapangan. Berikut adalah contoh-contoh
keadaan di dunia pendidikan bila dikomparasikan dengan teori Max Webber.
1.
Teori Etika Protestan dan Semangat
Kapitalisme
Program
tentang penyiapan siswa agar langsung terserap di dunia kerja merupakan salah
satu yang dapat dikategorikan ke dalam teori ini. Pendirian SMK yang ditujukan
untuk pemenuhan dunia kerja seakan-akan menghilangkan esensi dari pendidikan.
Secara mudahnya, pendidikan tidak bertujuan untuk mendidik generasi muda tetapi
lebih cenderung untuk mencetak pekerja.
2.
Teori Perilaku Sosial
Beberapa
perilaku sosial di dunia pendidikan dapat dikategorikan ke dalam teori Max
Webber.
a)
Orientasi nilai
Penggunaan
seragam sekolah merupakan upaya sekolah melakukan penyeragaman siswa, meskipun
berasal dari lingkungan yang berbeda. Hal ini dilakukan dengan orientasi nilai
berupa persatuan dan rasa soliditas serta loyalitas terhadap sekolah terbentuk.
Contoh lainnya adalah tawuran antar pelajar yang menekankan pada nilai
kebersamaan secara sempit.
b)
Orientasi tujuan rasional
Orientasi
tujuan secara rasional sering ditekankan di dunia pendidikan. Didalam tes
ulangan atau ujian misalnya. Penekanan pada belajar rajin untuk mendapatkan
hasil optimal selalu dilakukan oleh pihak institusi pendidikan.
c)
Orientasi perasaan/afektif
Beberapa
pertimbangan menyangkut perasaan sering dilakukan oleh dunia pendidikan dalam
menentukan kebijakan yang akan dimabilnya. Misalnya tentang pelanggaran yang
dilakukan siswa tingkat akhir menjelang ujian nasional yang sering kali
dianggap tidak berpengaruh pada psikologis siswa yang berada ditingkat bawah
dari siswa yang melanggar tersebut. Alasan yang digunakan adalah “kasihan” akan
mengikuti Ujian Nasional, namun sepertinya hanya merupakan alasan karena gengsi
predikat persentase kelulusan yang sebenarnya dicari. Bila keadaan ini terus
berlanjut maka wibawa institusi sebenarnya dirusak oleh dirinya sendiri,
disamping tidak melakukan pendidikan dengan baik. Bukankah Ujian Nasional bukan
segalanya.
d) Orientasi
tradisional/irasional
Pada
beberapa kasus sering siswa melakukan tindakan irasional dalam pendidikan.
Metode menjawab soal pilihan ganda secara spekulasi merupakan contoh nyata. Hal
ini sebenarnya dapat dihindari bila model pilihan ganda diminimalisir. Secara
penelitian tes pilihan ganda tidak memberikan pembeda pasti yang menguasai atau
yang tidak menguasai, karena jawaban sudah tes sudah ada.
3.
Teori Politik dan Kekuasaan
Dunia pendidikan
di Indonesia lebih cenderung mengutamakan kekuasaan berdasarkan legalitas
konstitusional. Pemilihan ketua kelas sampai dengan pemimpin dinas semuanya
berlandaskan konstitusi. Adapun jika pemimpin tersebut ternyata secara
kompetensi kurang memadai, merupakan persoalan lain lagi, tetapi secara
legalitas sudah tercapai. Keadaan tersebut seringkali membuat kebijakan tentang
pendidikan kurang mengena pada sasaran. The
right man in the right place, agaknya kurang diperhatikan dalam hal ini.
C. Penutup
Pendidikan
di Indonesia ternyata bila ditelusuri melalui teori sosial yang dikemukakan
oleh Max Webber memiliki relevansi dengan konsep teorinya. Pandangan lain dari
keadaan di lapangan akan berbeda menurut point of view dari penulis lainnya.
Akan tetapi setidaknya dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pendidikan di
Indonesia memiliki relevansi dengan teori sosial yang ada. Terlepas dari
subyektifitas penulis dari interpretasinya, namun interpretasi yang ada tetap
berusaha berpijak pada teori.
D. Daftar
Pustaka
§ Okky Madasari. Weber: Kapitalisme, Institusi, dan Agama. http://indososio.wordpress.com/2012/10/17/weber-kapitalisme-institusi-dan-agama/
§ Dr.
Djuwari, M.Hum. Otoda Momok Ranah
Pendidikan. http://indonesiaposnews.com/2013/11/07/otoda-momok-ranah-pendidikan/
§ Jabatan Kepala Dinas Pendidikan
Diincar Partai. http://www.centroone.com/news/2011/06/04r/jabatan-kepala-dinas-pendidikan-diincar-partai/
§ Dedi
Hafid. Keunggulan dan kelemahan tes
pilihan ganda. http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN_BIMBINGAN/195903271986011-DEDI_HERDIANA_HAFID/KEUNGGULAN_DAN_KELEMAHAN_TES_OBJEKTIF_%5BCompatibility_Mode%5D.pdf.
§ Gara-gara
Menikah, Sudirman Dilarang Ikut Ujian Nasional.
http://www.suarapembaruan.com/home/gara-gara-menikah-sudirman-dilarang-ikut-ujian-nasional/33195
Menurut pendapat dosen saya Dr Sugeng Bayu Wahono, M.Si paham calvinisme dalam teori kapitalisme ini hanya nyerempet saja :D
ReplyDelete