Sunday, 16 February 2014

Teori Max Webber dan Aplikasinya di Dunia Pendidikan



Teori Max Webber dan Aplikasinya di Dunia Pendidikan
Oleh Dwi Hatmoko


A.    Pendahuluan
Max Webber bernama asli Maximilian Webber. Dia adalah seorang pemikir dibidang sosiologi. Lahir ditahun 1864 dikeluarga yang secara ekonomi mapan dan memiliki intelektual yang baik. Disamping itu lingkungan keluarga yang religius turut membentuk Max Webber. Hal ini tercermin dalam konsep-konsep teori yang dikemukakannya. Konsep teorinya cenderung formal dan normatif.
Di kesempatan penulis mencoba menghubungkan konsep teori dari Max Webber yang diaplikasikan di dunia pendidikan. Dunia pendidikan dipilih karena penulis merupakan seorang pendidik di sekolah. Relevansi penerapan teori Max Webber di dunia pendidikan oleh penulis sebenarnya merupakan upaya penulis melihat lebih jauh tentang teori-teori sosial yang ada bila dikaitkan dengan dunia pendidikan. Konsep teori Max Webber yang dibahas pada kesempatan ini ada tiga konsep teori.

B.     Pembahasan
1.      Konsep Teori Max Webber
Max Webber yang pernah menjabat sebagai guru besar di beberapa universitas antara lain di Berlin, Freiburg, dan Heidelberg. Konsep teori yang pernah dikemukakannya yaitu:

              a.          Teori Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme
Menurut Max Webber, etika protestan sangat berpengaruh pada berkembangnya semangat kapitalisme. Ajaran Calvin didalam Protestan, dianggapnya mempengaruhi perkembangan kapitalisme. Didalam ajaran tersebut tersirat bahwa nasib manusia akan masuk surga atau neraka sudah ditentukan di dunia berupa keberhasilan secara ekonomi. Keberhasilan ekonomi akan diinvestasikan untuk melakukan tindakan sosial yang lain sehingga diharapkan mampu menjadi bekal ke surga.
             b.          Teori Perilaku Sosial
Menurut Max Webber perilaku manusia dalam lingkungan sosial setidaknya dibagi ke dalam empat prioritas. Empat prioritas tersebut yaitu:
1.             Orientasi nilai
Manusia memiliki orientasi dalam perilakunya dikarenakan nilai dan norma yang dianutnya. Sebagai contoh, manusia hidup dalam heterogenitas satu sama lain, akan tetapi terjadi kesatuan diantara mereka. Hal ini disebabkan karena kesadaran akan pentingnya nilai kebersamaan dan kesadaran akan mahluk sosial.
2.             Orientasi tujuan secara rasional
Manusia dibekali dengan akal dan pikiran dalam menuntun perilakunya. Keadaan ini menimbulkan perilaku manusia dilakukan karena tujuan-tujuan yang dianggapnya rasional. Sebagai contoh adalah keinginan untuk hidup mapan, maka perilaku rasional yang dilakukan adalah bekerja keras.
3.             Orientasi pada afektif/perasaan
Manusia disamping dibekali akal pikiran juga dibekali dengan perasaan. Terkadang tindakan manusia seringkali didasarkan pada emosi yang ada sehingga perilakunya hanya terbawa emosi. Kejadian bunuh diri di masyarakat dapat dikategorikan dalam tindakan yang berorientasi perasaan.
4.             Orientasi pada tradisional/irrasional
Max Webber menganggap perilaku yang berorientasi tradisional sekaligus tindakan yang irrasional. Dia menggabungkan antara tradisional dan irasional karena menganggap perayaan tradisional seringkali tidak berpijak pada rasionalitas yang ada. Menurutnya besarnya biaya yang dikeluarkan didalam perayaan tradisional alangkah baiknya bila diinvestasikan kepada hal-hal yang lebih bermanfaat secara rasional.
Empat prioritas tersebut berdiri sendiri-sendiri, meskipun di lapangan prioritas tersebut sering kali bercampur satu sama lain. Keadaan tersebut karena perilaku manusia seringkali memiliki lebih dari satu orientasi dalam kenyataannya.

              c.          Teori Politik dan Kekuasaan
Didalam dunia politik dan kekuasaan, Max Webber memberikan setidaknya ada 3 macam legitimasi kekuasaan. Kekuasaan dapat diperoleh melalui 3 cara yaitu:
1)        Kekuasaan berdasarkan keturunan
Kekuasan yang didapatkan berdasarkan garis keturunan banyak dianut oleh negara dengan sistem monarki, meskipun tidak menutup kemungkinan negara selain monarki. Sistem monarki dipimpin oleh seorang raja atau ratu yang nanti akan diturunkan kepada keturunannya yang memiliki status putra mahkota.
2)        Kekuasaan berdasarkan kharisma
Pemilihan penguasa berdasarkan kharisma seringkali dijumpai dalam masyarakat tradisional. Kharisma tokoh tertentu menjadi daya tarik masyarakat untuk memilihnya. Pertimbangan secara rasionalitas sering diabaikan.
3)        Kekuasaan berdasarkan legalitas konstitusional
Di masa modern sekaran ini, kekuasaan pada umumnya diperoleh melalui jalur legalitas konstitusional. Pemilu merupakan contoh nyata. Disamping itu dalih aturan dan perundang-undangan juga dipakai dalam memperoleh kekuasaan.

2.      Aplikasi Teori Max Webber di Dunia Pendidikan
Di dunia pendidikan bila dicermati lebih lanjut ternyata ada beberapa teori Max Webber yang sesuai dengan keadaan di lapangan. Berikut adalah contoh-contoh keadaan di dunia pendidikan bila dikomparasikan dengan teori Max Webber.
1.        Teori Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme
Program tentang penyiapan siswa agar langsung terserap di dunia kerja merupakan salah satu yang dapat dikategorikan ke dalam teori ini. Pendirian SMK yang ditujukan untuk pemenuhan dunia kerja seakan-akan menghilangkan esensi dari pendidikan. Secara mudahnya, pendidikan tidak bertujuan untuk mendidik generasi muda tetapi lebih cenderung untuk mencetak pekerja.
2.        Teori Perilaku Sosial
Beberapa perilaku sosial di dunia pendidikan dapat dikategorikan ke dalam teori Max Webber.
a)        Orientasi nilai
Penggunaan seragam sekolah merupakan upaya sekolah melakukan penyeragaman siswa, meskipun berasal dari lingkungan yang berbeda. Hal ini dilakukan dengan orientasi nilai berupa persatuan dan rasa soliditas serta loyalitas terhadap sekolah terbentuk. Contoh lainnya adalah tawuran antar pelajar yang menekankan pada nilai kebersamaan secara sempit.
b)        Orientasi tujuan rasional
Orientasi tujuan secara rasional sering ditekankan di dunia pendidikan. Didalam tes ulangan atau ujian misalnya. Penekanan pada belajar rajin untuk mendapatkan hasil optimal selalu dilakukan oleh pihak institusi pendidikan.
c)        Orientasi perasaan/afektif
Beberapa pertimbangan menyangkut perasaan sering dilakukan oleh dunia pendidikan dalam menentukan kebijakan yang akan dimabilnya. Misalnya tentang pelanggaran yang dilakukan siswa tingkat akhir menjelang ujian nasional yang sering kali dianggap tidak berpengaruh pada psikologis siswa yang berada ditingkat bawah dari siswa yang melanggar tersebut. Alasan yang digunakan adalah “kasihan” akan mengikuti Ujian Nasional, namun sepertinya hanya merupakan alasan karena gengsi predikat persentase kelulusan yang sebenarnya dicari. Bila keadaan ini terus berlanjut maka wibawa institusi sebenarnya dirusak oleh dirinya sendiri, disamping tidak melakukan pendidikan dengan baik. Bukankah Ujian Nasional bukan segalanya.
d)       Orientasi tradisional/irasional
Pada beberapa kasus sering siswa melakukan tindakan irasional dalam pendidikan. Metode menjawab soal pilihan ganda secara spekulasi merupakan contoh nyata. Hal ini sebenarnya dapat dihindari bila model pilihan ganda diminimalisir. Secara penelitian tes pilihan ganda tidak memberikan pembeda pasti yang menguasai atau yang tidak menguasai, karena jawaban sudah tes sudah ada.
3.        Teori Politik dan Kekuasaan
Dunia pendidikan di Indonesia lebih cenderung mengutamakan kekuasaan berdasarkan legalitas konstitusional. Pemilihan ketua kelas sampai dengan pemimpin dinas semuanya berlandaskan konstitusi. Adapun jika pemimpin tersebut ternyata secara kompetensi kurang memadai, merupakan persoalan lain lagi, tetapi secara legalitas sudah tercapai. Keadaan tersebut seringkali membuat kebijakan tentang pendidikan kurang mengena pada sasaran. The right man in the right place, agaknya kurang diperhatikan dalam hal ini.
C.    Penutup
Pendidikan di Indonesia ternyata bila ditelusuri melalui teori sosial yang dikemukakan oleh Max Webber memiliki relevansi dengan konsep teorinya. Pandangan lain dari keadaan di lapangan akan berbeda menurut point of view dari penulis lainnya. Akan tetapi setidaknya dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pendidikan di Indonesia memiliki relevansi dengan teori sosial yang ada. Terlepas dari subyektifitas penulis dari interpretasinya, namun interpretasi yang ada tetap berusaha berpijak pada teori.
                                                     
D.    Daftar Pustaka

§  Okky Madasari. Weber: Kapitalisme, Institusi, dan Agama. http://indososio.wordpress.com/2012/10/17/weber-kapitalisme-institusi-dan-agama/

§  Saripuddin. Memahami Pemikiran Max Weber. http://saripuddin.wordpress.com/pemikiran-max-weber/
§  Dr. Djuwari, M.Hum. Otoda Momok Ranah Pendidikan. http://indonesiaposnews.com/2013/11/07/otoda-momok-ranah-pendidikan/
§  Gara-gara Menikah, Sudirman Dilarang Ikut Ujian Nasional. http://www.suarapembaruan.com/home/gara-gara-menikah-sudirman-dilarang-ikut-ujian-nasional/33195

1 comment:

  1. Menurut pendapat dosen saya Dr Sugeng Bayu Wahono, M.Si paham calvinisme dalam teori kapitalisme ini hanya nyerempet saja :D

    ReplyDelete

Disqus Shortname

Comments system