Wednesday, 20 January 2010

Satu atau Dua Dinasti di Mataram Kuno



Perdebatan tentang dinasti yang memerintah kerajaan Mataram Kuno yang pernah hidup di Jawa Tengah masih menjadi hal yang menarik sampai sekarang ini. Dinasti tersebut adalah Sanjaya dan Syailendra  Setiap pihak mempunyai argumen yang kuat dengan bukti yang sama, hanya beda dalam penafsiran saja, karena memang uniknya mempelajari sejarah adalah bukti yang sama dapat membuat interpretasi yang berlainan. Sebagian besar data prasasti yang digunakan adalah Prasasti Ligor, Prasasti Sangkara, Prasasti Karangtengah, Prasasti Sri Kahulunan, dan beberapa prasasti lain. Perbedaan pendapat tersebut bagi penulis adalah rahmat tersendiri. Di dalam tulisan ini merupakan pemikiran penulis dan semua penilaian dikembalikan kepada pembaca, karena bagi penulis kebenaran yang hakiki hanya milik-Nya.

Di dalam kesejarahan Indonesia, belum pernah penulis jumpai tentang dua dinasti yang memerintah satu kerajaan, kecuali di Mataram Kuno Jawa Tengah yang bagi mereka yang berpendapat dua dinasti. Dalam kebiasaan politik kerajaan dimasa lalu, sepengetahuan penulis, hanya ada satu dinasti yang memegang pemerintahan, jika ada yang lain pasti terjadi saling mengalahkan, sehingga nantinya hanya satu yang akan muncul ke permukaan, karena yang berhak mengeluarkan prasasti adalah dinasti penguasa. Sebagai contoh adalah dinasti Airlangga yang berarkhir di pemerintahan Kediri (raja Kertajaya), meskipun sebelumnya sudah terjadi perpecahan dimasa Panjalu (Kediri) dan Jenggala, yang masih satu keturunan Airlangga, meskipun kemudian dapat disatukan oleh Jayabaya (Kediri). Dinasti Airlangga dikalahkan oleh Dinasti Rajasa , dengan Ken Arok sebagai "vamca tilaka", peletak dasar dinasti, meskipun yang menyematkan gelar terebut adalah para keturunannya yang memerintah Singosari-Majapahit.

Tuesday, 12 January 2010

Candi Lumbung Sengi



Candi Lumbung sengi berada di kecamatan Dukun Kabupaten Magelang. Candi ini merupakan candi tunggal, bukan suatu kompleks, meskipun sering dikaitkan dengan Candi Asu dan candi Pendem karena memang letaknya yang berdekatan walaupun dipisahkan oleh sungai besar. Candi Lumbung sengi ini berada tepat dipinggir sungai yang beraliran deras namun jernih. Di bagian ruang utama candi terdapat sumuran (sama dengan yang terdapat di Candi Asu dan Candi Pendem), biasanya sumuran diruang utama candi merupakan tempat menyimpan "peripih" yang berisi relic. perhiasan, abu/tulang, dsb. Peripih ini sering kali dihubungkan dengan bekal kubur, karena ada anggapan tentang Kultus Dewa-Raja, bahwasanya Raja adalah wakil Dewa didunia, sehingga ada penghormatan yang "hampir sama" disamping pencampuran kepercayaan terhadap nenek moyang. Implementasinya berupa candi yang berada diruang utama dengan arca utama berdiri tepat diatas sumuran yang dibawahnya terdapat peripih, jadi adanya penyatuan perhormatan.
Saat penulis berkunjung kesana ditahun 2003-2004 kondisi candi cukup memprihatinkan mengingat derasnya air sungai yang menggerus tanah pinggiran candi, sehingga dikhawatirkan suatu saat tanah pijakan candi bisa longsor.
Diperkirakan candi ini sejaman dengan kerajaan Mataram Kuno yang hidup antara abad 8-10 M.


Saturday, 9 January 2010

Candi Merak



Candi Merak yang berada tidak jauh dari reruntuhan candi Karangnongko, berada di tengah pemukiman penduduk. Candi Hindu ini masih terlihat baik meskipun saat penulis berkunjung belum dipugar. Disana masih terdapat arca Durga Mahisasuramardini (meski tanpa kepala karena sudah hilang), Ganesha, dan masih banyak relief yang berada dalam kondisi "baik", seperti relief ular-kerbau-penyu (mengingatkan cerita fabel yang ada di Candi Mendut) namun sayang penulis belum bisa "membacanya", dan ada lagi relief teratai yang diatasnya terdapat (seperti) payung, yang dimungkinkan (menurut penulis) pada masa itu terjadi percampuran budaya asli (payung dilambangkan budaya asli) dengan budaya Hindu (teratai dilambangkan tanaman surga atau singgasana dewa).

Candi Karangnongko


Candi yang satu ini merupakan candi yang belum direkonstruksi ulang disaat penulis berkunjung ke sana tahun 2002/2003. Berada ditepi sungai yang jernih di kecamatan Karang nongko, Klaten, Jawa Tengah. Menilik dari sisa yang ada merupakan candi Hindu (lihat Lingga yang cukup besar dipegang penulis). Tidak jauh dari reruntuhan candi terdapat Candi Merak yang terdaapat ditengah pemukiman warga.
 
 

Candi Gunung Wukir



Candi Gunung Wukir merupakan candi tempat ditemukan prasasti tertua yang ditemukan di Jawa dan menyebutkan tentang pulau Jawa (Yawadwipa). Prasati tersebut dikeluarkan oleh raja Sanjaya yang memerintah di Mataram Kuno. Prasasti yang dimaksud adalah Prasasti Canggal.
Candi tersebut merupakan tempat pemujaan Siwa, terlihat adanya Yoni yang berukuran besar yang berada ditengah ruang utama (perkiraan karena candi sudah rusak) yang didepannya masih terdapat arca Nandi yang merupakan kendaraan Siwa.
Lokasi candi berada di puncak sebuah bukit, didaerah Salam, Magelang-Jateng. Pada saat penulis berkunjung kesana, jalan menuju candi masih berupa jalan setapak, dan dikelilingi perkebunan yang cukup lebat dan masih banyak terdapat hewan liar (kera).


Candi Ijo



Candi Ijo berlokasi di Bokoharjo, Sleman-DIY. Candi Hindu ini merupakan candi masa Mataram Kuno yang mempunyai susunan rebah kebelakang dengan candi utama/induk berada di belakang kompleks, sedangkan pada umumnya candi masa Mataram Kuno memiliki susunan terpusat dengan candi induk ditengah dikelilingi candi perwara atau candi yang berdiri sendiri-sendiri (artinya bukan suatu kompleks percandian).Pada saat penulis berkunjung kesana ditahun 2002/2003 kompleks candi yang berada di lereng perbukitan ini sedang berada dalam tahap perbaikan.


Candi Gedong Songo


Berada di ketinggian lereng gunung Ungaran, membuat sejuk pengunjung Candi Gedongsongo. Candi Hindu yang dibangun sejaman dengan kerajaan Mataram Kuno (meskipun belum ditemukan prasasti tentang pembangunannya) ini memiliki sembilan (songo) candi dalam kompleks yang tersebar diberbagai tempat. Pemujaan terhadap Siwa sangat terlihat dari bentuk dan relief yang terdapat dicandi tersebut. Hanya sayang sampai sekarang candi yang masih utuh hanya ada tujuh candi saja.

Candi Dieng




Kompleks Dieng merupakan kompleks candi Hindu yang cukup besar dan tersebar diberbagai tempat. Jika menilik dari kata, Dieng berasal dari Dang-Hyang yang artinya tempat para dewa. Kiranya benar adanya karena memang tempat tersebut merupakan tempat berdirinya candi yang mana disekitar tempat tersebut masih banyak terdapat sisa-sisa “umpak” bangunan dari kayu, sehingga dimungkinkan dahulu merupakan asrama untuk mendalami agama Hindu.


Bukti lain adanya pemandian kuno/patirtan yang memang biasanya identik dengan pemukiman dan kompleks tempat ibadah, dalam hal ini candi. Dieng yang tidak jauh dari daerah Warak , mengingatkan kita pada nama raja yang berada di daftar prasasti Kedu dan prasasti Wanua Tengah III yang menyebutkan Sri Maharaja Rakai Warak. Dengan demikian tidak salah jika menarik kesimpulan bila kompleks candi di Dieng dibangun pada masa kerajaan Mataram Kuno.


Candi di kompleks Dieng dan patirtan banyak dinamai oleh penduduk sekitar dengan nama tokoh di pewayangan. Alasan pengambilan nama tokoh pewayangan sampai sekarang belum penulis ketahui. Mungkin para pembaca ada yang mengetahui, silahkan untuk dikomentari.

Friday, 8 January 2010

Candi Cetha



Berada di ketinggian lereng Gunung Lawu di Dusun Cetha, Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah. Candi yang dibangun dimasa akhir Majapahit ini bergaya "rebah ke belakang", yang merupakan gaya khas periode Jawa Timur, artinya kompleks memiliki candi induk berada di belakang. Simbol Majapahit masih terlihat jelas dengan adanya relief Surya Majapahit di pelataran candi. Candi Cetha ini masih berfungsi sebagai tempat ibadah karena memang sebagian besar penduduk di Dusun Cetha beragama Hindu.

Candi Borobudur


Candi Borobudur merupakan candi Buddha terbesar di Indonesia yang dibangun dimasa kerajaan Mataram Kuno. Menurut prasasti Sri Kahulunan menyebutkan adanya pendirian Kamulan ing Bhumi sambhara.....(yang oleh paral ahli diprediksi menjadi Kamulan ing Bhumi Sambhara Budhara). Terlepas dari perdebatan tahun pendirian, yang jelas candi tersebut didirikan diatas sebuah bukit yang memang dalam filosofi Jawa Kuno, tempat yang tinggi (dan biasanya sepi) mudah untuk bermeditasi atau mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa. Disamping Borobudur memiliki filosofis untuk pencapaian kesempurnaan dalam hal ini mencapai nirwana.

Thursday, 7 January 2010

Candi di Jawa Tengah



Candi Barong


Candi Barong berada di ketinggian bukit, di Bokoharjo, Sleman, DIY. Marupakan candi Hindu yang tidak memiliki ruang candi. Pernah ditemukan arca Dewi Sri, kemungkinan untuk memuja kesejahteraan karena memang disekitar candi daerah tersebut gersang, karena merupakan bukit kapur. Di pelataran candi masih terlihat "umpak" yang biasanya merupakan pondasi suatu bangunan yang berasal dari kayu.

Candi Banyunibo


Candi Banyunibo berada di kelurahan Bokoharjo, Sleman, DIY. Merupakan candi Budha, terlihat dari stupa yang berada dipuncak candi. Sayang arca yang berada di relung seputar candi hampir sebagian besar sudah hilang.

Candi Asu


Candi yang berada di kecamatan Dukun-Magelang, merupakan candi Hindu yang masih berada ditengah arela persawahan. Kata "Asu" berasal dari kata "ASO" yang bermakna "istirahat".

Disqus Shortname

Comments system