Tuesday, 10 November 2015

Candi (Patirtan) Belahan dan Filosofinya

Lokasi Candi Belahan

Candi Belahan sebenarnya merupakan patirtan, tempat pemandian, yang berada di lereng gunung Penanggungan. Secara administratif Candi Belahan berada di dusun Belahan, desa Wonosonyo, kecamatan Gempol, kabupaten Pasuruan. Candi yang berada di lereng sebelah timur Gunung Penanggungan menawarkan kesejukan udara yang mengobati kepenatan selama perjalanan menuju candi tersebut. Lokasi patirtan cukup terjal. Jalan yang ada sudah beraspal dengan kanan kiri berupa jurang mengharuskan pengunjung untuk selalu waspada dan berhati-hati dalam mengendarai kendaraan yang digunakannya. Disamping kesejukan udara, Patirtan Belahan juga menyediakan pemandangan cukup indah khas pegunungan, ditambah dengan kesegaran air dari patirtan.


Jalan dengan jurang di kanan kiriJalan dengan jurang dikanan-kiri


Rute perjalanan dimulai dari Gempol, Pasuruan. Apabila perjalanan sudah mendekati SPBU Gempol, kendaraan dipacu perlahan, karena papan nama Candi Belahan “hanya” kecil dan teronggok tak berdaya dipinggir jalan. Papan nama berada disebelah timur SPBU. Jalan menuju Candi Belahan juga dapat ditandai dengan banyaknya truk bermuatan pasir yang keluar masuk jalan tersebut. Penambangan pasir agaknya menjadi bisnis menggiurkan karena Gunung Penanggungan merupakan gunung api aktif, yang tentunya menghasilkan material pasir dan batu cukup berlimpah.




[caption id="attachment_569" align="aligncenter" width="300"]Jalan menuju Candi Belahan Jalan menuju Candi Belahan[/caption]

DSC01669Papan Nama Candi Belahan


Kesejarahan Candi Belahan


Prasasti yang menerangkan tentang candi Belahan belum ditemukan, sehingga secara pasti belum dapat ditentukan pada masa raja siapa candi tersebut dibuat. Akan tetapi dilihat dari paleografisnya, patirtan Belahan merupakan peninggalan masa abad X-XI. Masa abad tersebut dalam sejarah Jawa merupakan masa pemerintahan raja Airlangga dari Kahuripan.


Kesejarahan yang ada hanya berasal dari penafsiran Prasasti Cungrang dan kepercayaan yang hidup dalam masyarakat.  Kepercayaan yang hidup dalam masyarakat diperkuat dengan adanya penafsiran tentang relief orang tua yang dinterpretasikan sebagai Narottama, abdi setia Airlangga, yang ikut kemana saja, bahkan saat Airlangga mengungsi ke wanagiri, hutan dipegunungan. Narottama juga memiliki arti abdi setia.


DSC01663


Relief (diperkirakan) Narottama, abdi Airlangga


Menilik nama Belahan, tentu tidak lepas dari nama tempat patirtan tersebut, yaitu Dusun Belahan (meskipun penduduk sekitar menyebut Bela'an, terdengar tanpa huruf, "H"). Namun demikian ada juga yang menyebutkan sebagai Sumber Tetek ( Bahasa Jawa; Sumber berarti mata air, dan Tetek berarti payudara), karena air mengalir dalam patirtan berasal dari payudara arca Dewi Laksmi. Apabila dikaitkan dengan kesejarahan Airlangga yang dimakamkan (Bahasa Sansekerta: dhinarma ing Tirtha). Tirtha mengandung arti secara harafiah yaitu air atau tempat yang berhubungan dengan air, tetapi juga dapat berarti tempat tersebut memang bernama Tirtha. Terlepas dari polemik identifikasi Tirtha, penulis berpendapat bahwa Tirtha memang nama kuno dari Patirtan Belahan.  Pertimbangan penulis adalah adanya sakti Wisnu, yaitu Dewi Sri dan Dewi Laksmi, yang tentunya mengapit Dewa Wisnu. Pertimbangan yang lain adalah riwayat Airlangga yang menyingkir ke pertapaan/tempat para petapa saat pralaya terjadi di kerajaan Dharmawangsa, dan kembalinya Airlangga kedalam kehidupan petapa setelah turun tahta. Sebagaimana diketahui bahwa Pawitra (nama kuno Penanggungan) adalah tempat bagi suci para petapa untuk mengheningkan cipta, bahkan sampai sekarang situs-situs di Penanggungan banyak membuktikan bahwa Gunung Penanggungan merupakan tempat suci/pertapaan sejak dahulu, jauh sebelum masa Airlangga.


[gallery ids="613,615,616"]

No comments:

Post a Comment

Disqus Shortname

Comments system