Thursday 3 November 2016

Pranata Mangsa: Local Genius yang kian tergerus



Anomali cuaca. Kira-kira begitu para ahli dibidang iklim berkata tentang kondisi cuaca yang sekarang susah untuk diprediksi. Kontras dengan kondisi sekitar tahun 1980-1990 saat penulis berada dibangku sekolah dasar. Saat itu "pranata mangsa" yang dipelajari disekolah dapat diamati secara mudah dilingkungan sekitar, namun dewasa ini akan sangat susah. Pranata mangsa merupakan "local genius" masyarakat Jawa dalam menentukan musim dalam setahun kalender. 

Masyarakat Jawa dengan ilmu "titen", suatu ilmu tentang pengamatan-meneliti tentang segala hal, telah mencermati tentang perubahan yang ada di alam untuk kemudian dituangkan dalam tulisan atau bahkan dimasukkan kedalam suatu ajaran tak tertulis yang dikenal dengan "pranata mangsa". Pranata berarti suatu urutan-rangkaian, sedangkan mangsa memiliki arti musim. Pranata mangsa adalah pemilahan-pembagian musim menurut masyarakat Jawa. Pengamatan masyarakat Jawa begitu luar biasa terhadap alam. Keselarasan antara kehidupan manusia dengan kehidupan alam semesta begitu dijunjung tinggi. 



Pranata mangsa terdiri dari 12 (dua belas) musim dalam setahun kalender. Apabila dicermati, pembagian 12 (dua belas) mirip dengan 12 (dua belas) bulan dalam setahun. Namun dengan demikian setiap umur mangsa tidak sesuai dengan umur setiap bulan. Mari kita perhatikan bagan berikut:

<!--[if gte mso 9]> RMmoko RMmoko 1 93 2016-11-03T04:23:00Z 2016-11-03T05:56:00Z 3 495 2822 23 6 3311 14.00 <![endif]
-->
Pranata Mangsa dan Karakteristiknya
Mangsa
Mangsa Utama
Rentang
Bulan/Candra
Ciri-Ciri
Ciri Bagi petani
Kasa
(Kartika)
Ketiga – Terang
22 Juni – 1 Ags
(41 hari)
Sesotya murcå ing embanan
(“Intan jatuh dari wadahnya”  berarti daun-daun berjatuhan)
Daun-daun berguguran, kayu mengering; belalang masuk ke dalam tanah
Saatnya membakar jerami; mulai menanam palawija
Karo
(Pusa)
Ketiga – Paceklik
2 Ags – 24 Ags
(23 hari)
Bantålå rengkå
 (“bumi merekah”)
Tanah mengering dan retak-retak, pohon randu dan mangga mulai berbunga
Katelu
(Manggasri)
Ketiga – Semplah
25 Ags – 18 Sept
(24 hari)
Sutå manut ing båpå (“anak menurut bapaknya”)
Tanaman merambat menaiki lanjaran, rebung bambu bermunculan
Palawija mulai dipanen
Kapat
(Sitra)
Labuh – Semplah
19 Sept – 13 Okt
(25 hari)
Waspå kumembeng jroning kalbu (“Air mata menggenang dalam kalbu” > mata air mulai menggenang)
Mata air mulai terisi; kapuk randu mulai berbuah, burung-burung kecil mulai bersarang dan bertelur
Panen palawija; saat menggarap lahan untuk padi gaga
Kalima
(Manggakala)
Labuh – Semplah
14 Okt – 9 Nov
(27 hari)
Pancuran mas sumawur ing jagad (“Pancuran emas menyirami dunia”)
Mulai ada hujan besar, pohon asam jawa mulai menumbuhkan daun muda, ulat mulai bermunculan, laron keluar dari liang, lempuyang dan temu kunci mulai bertunas
Selokan sawah diperbaiki dan membuat tempat mengalir air di pinggir sawah, mulai menyebar padi gaga
Kanem
(Naya)
Labuh – Udan
10 Nov – 22 Des
(43 hari)
Råså mulyå kasuciyan (“Kesucian yang muncul dalam rasa” artinya munculnya buah aneka rasa
Buah-buahan (durian, rambutan, manggis dan lain-lainnya) mulai bermunculan, belibis mulai kelihatan di tempat-tempat berair
Para petani menyebar benih padi di pembenihan
Kapitu
(Palguna)
Rendheng – Udan
23 Des – 3 Feb
(43 hari)
Wiså kénter ing marutå (“Racun hanyut bersama angin” > banyak penyakit)
Banyak hujan, banyak sungai yang banjir
Saat memindahkan bibit padi ke sawah
Kawolu
(Wisaka)
Rendheng – Pangarep-arep
4 Feb – 28/29 Feb
(26/27 hari)
Anjrah jroning kayun (“Keluarnya isi hati” > musim kucing kawin)
Musim kucing kawin; padi menghijau; uret mulai bermunculan di permukaan
Kasanga
(Jita)
Rendheng – Pangarep-arep
1 Mar – 25 Mar
(25 hari)
Wedharing wacånå mulyå (“Munculnya suara-suara mulia” > Beberapa hewan mulai bersuara untuk memikat lawan jenis)
Padi berbunga; jangkrik mulai muncul; tonggeret dan gangsir mulai bersuara, banjir sisa masih mungkin muncul, bunga glagah berguguran
Kasepuluh
(Srawana)
Marèng – Pangarep-arep
26 Mar – 18 Apr
(24 hari)
Gedhong mineb jroning kalbu (“Gedung terperangkap dalam kalbu” > Masanya banyak hewan bunting)
Padi mulai menguning, banyak hewan bunting, burung-burung kecil mulai menetas telurnya
Desta
(Padrawana)
Marèng – Panèn
19 Apr – 11 Mei
(23 hari)
Sesotyå sinåråwèdi (“Intan yang bersinar mulia”)
Burung-burung memberi makan anaknya, buah kapuk randu merekah
Saat panen raya génjah (panen untuk tanaman berumur pendek)
Sada
(Asuji)
Marèng – Terang
12 Mei – 21 Juni
(41 hari)
Tirtå sah saking sasånå (“Air meninggalkan rumahnya” > jarang berkeringat karena udara dingin dan kering)
Suhu menurun dan terasa dingin (bediding)
Saatnya menanam palawija: kedelai, nila, kapas dan saatnya menggarap tegalan untuk menanam jagung
--> ---&---gt: Sumber: diadaptasi dari https://sabdadewi.wordpress.com/2014/09/27/kalender-pranata-mangsa/ (Kalender Pranata Mangsa) dan http://lib.ui.ac.id/naskahringkas/2016-04/S52695-Citra%20Puspa%20Rini (ANALISIS MAKNA PENANDA PRANATA MANGSA DAN ZODIAK DALAM KAJIAN BUDAYA Citra Puspa Rini, Ari Prasetiyo)

Begitu teliti dan cermatnya pengetahuan leluhur bangsa kita. Local genius yang menyelaraskan astrologi bintang Waluku (bhs Jawa: Luku berarti bajak) dengan tanda -tanda alam untuk kemudian digunakan dalam kehidupan pertanian dan lainnya. Kehidupan pertanian, agraris, adalah mata pencaharian masyarakat Jawa. Dewasa ini pengetahuan pranata mangsa sudah sangat jarang dimiliki oleh generasi muda meskipun masih relevan dengan lingkungan. Usaha untuk tetap memiliki pengetahuan pranata mangsa ini kemudian diberi sentuhan "ilmiah" dengan  adanya pengetahuan klimatologi, meteorologi, dan geofisika yang lebih modern. Modernitas memang tidak dapat dihindari namun seharusnya membentuk suatu akulturasi dengan local genius sehingga membentuk pengetahuan asli Indonesia yang terbalut modern.

No comments:

Post a Comment

Disqus Shortname

Comments system