Anomali cuaca. Kira-kira begitu para ahli dibidang iklim berkata tentang kondisi cuaca yang sekarang susah untuk diprediksi. Kontras dengan kondisi sekitar tahun 1980-1990 saat penulis berada dibangku sekolah dasar. Saat itu "pranata mangsa" yang dipelajari disekolah dapat diamati secara mudah dilingkungan sekitar, namun dewasa ini akan sangat susah. Pranata mangsa merupakan "local genius" masyarakat Jawa dalam menentukan musim dalam setahun kalender.
Masyarakat Jawa dengan ilmu "titen", suatu ilmu tentang pengamatan-meneliti tentang segala hal, telah mencermati tentang perubahan yang ada di alam untuk kemudian dituangkan dalam tulisan atau bahkan dimasukkan kedalam suatu ajaran tak tertulis yang dikenal dengan "pranata mangsa". Pranata berarti suatu urutan-rangkaian, sedangkan mangsa memiliki arti musim. Pranata mangsa adalah pemilahan-pembagian musim menurut masyarakat Jawa. Pengamatan masyarakat Jawa begitu luar biasa terhadap alam. Keselarasan antara kehidupan manusia dengan kehidupan alam semesta begitu dijunjung tinggi.
Pranata mangsa terdiri dari 12 (dua belas) musim dalam setahun kalender. Apabila dicermati, pembagian 12 (dua belas) mirip dengan 12 (dua belas) bulan dalam setahun. Namun dengan demikian setiap umur mangsa tidak sesuai dengan umur setiap bulan. Mari kita perhatikan bagan berikut:
<!--[if gte mso 9]>
Pranata Mangsa dan Karakteristiknya
Mangsa
|
Mangsa Utama
|
Rentang
|
Bulan/Candra
|
Ciri-Ciri
|
Ciri Bagi petani
|
||||||
Kasa
(Kartika) |
Ketiga – Terang
|
22 Juni – 1 Ags
(41 hari) |
Sesotya murcå ing embanan
(“Intan jatuh dari wadahnya”
berarti daun-daun berjatuhan)
|
Daun-daun berguguran, kayu mengering; belalang masuk ke dalam tanah
|
Saatnya membakar jerami; mulai menanam palawija
|
||||||
Karo
(Pusa) |
|
2 Ags – 24
Ags
(23 hari) |
Bantålå
rengkå
(“bumi merekah”)
|
Tanah
mengering dan retak-retak, pohon randu dan mangga mulai berbunga
|
|
||||||
|
Ketiga –
Semplah
|
25 Ags –
18 Sept
(24 hari) |
Sutå manut
ing båpå (“anak
menurut bapaknya”)
|
Tanaman
merambat menaiki lanjaran, rebung bambu bermunculan
|
Palawija
mulai dipanen
|
||||||
|
Labuh –
Semplah
|
19 Sept –
13 Okt
(25 hari) |
Waspå
kumembeng jroning kalbu (“Air mata menggenang dalam kalbu” > mata air
mulai menggenang)
|
Mata air
mulai terisi; kapuk randu mulai berbuah, burung-burung kecil mulai bersarang
dan bertelur
|
|
||||||
|
Labuh –
Semplah
|
14 Okt – 9
Nov
(27 hari) |
Pancuran
mas sumawur ing jagad (“Pancuran emas menyirami dunia”)
|
Mulai ada
hujan besar, pohon asam jawa mulai menumbuhkan daun muda,
ulat mulai bermunculan, laron keluar dari liang, lempuyang dan
temu kunci mulai bertunas
|
Selokan
sawah diperbaiki dan membuat tempat mengalir air di pinggir sawah, mulai
menyebar padi gaga
|
||||||
|
Labuh –
Udan
|
10 Nov –
22 Des
(43 hari) |
Råså mulyå
kasuciyan (“Kesucian yang muncul dalam rasa” artinya munculnya buah aneka rasa
|
Buah-buahan
(durian, rambutan, manggis dan lain-lainnya) mulai
bermunculan, belibis mulai kelihatan di tempat-tempat berair
|
Para
petani menyebar benih padi di pembenihan
|
||||||
|
Rendheng –
Udan
|
23 Des – 3
Feb
(43 hari) |
Wiså
kénter ing marutå (“Racun hanyut bersama angin” > banyak penyakit)
|
Banyak
hujan, banyak sungai yang banjir
|
Saat
memindahkan bibit padi ke sawah
|
||||||
|
Rendheng –
Pangarep-arep
|
4 Feb –
28/29 Feb
(26/27 hari) |
Anjrah
jroning kayun (“Keluarnya
isi hati” > musim kucing kawin)
|
Musim
kucing kawin; padi menghijau; uret mulai bermunculan di permukaan
|
|
||||||
|
Rendheng –
Pangarep-arep
|
1 Mar – 25
Mar
(25 hari) |
Wedharing
wacånå mulyå (“Munculnya
suara-suara mulia” > Beberapa hewan mulai bersuara untuk memikat lawan
jenis)
|
Padi
berbunga; jangkrik mulai muncul; tonggeret dan gangsir mulai
bersuara, banjir sisa masih mungkin muncul, bunga glagah berguguran
|
|
||||||
|
Marèng –
Pangarep-arep
|
26 Mar –
18 Apr
(24 hari) |
Gedhong
mineb jroning kalbu (“Gedung terperangkap dalam kalbu” > Masanya
banyak hewan bunting)
|
Padi mulai
menguning, banyak hewan bunting, burung-burung kecil mulai menetas telurnya
|
|
||||||
|
Marèng –
Panèn
|
19 Apr –
11 Mei
(23 hari) |
Sesotyå
sinåråwèdi (“Intan
yang bersinar mulia”)
|
Burung-burung
memberi makan anaknya, buah kapuk randu merekah
|
Saat panen
raya génjah (panen untuk tanaman berumur pendek)
|
||||||
|
Marèng –
Terang
|
12 Mei –
21 Juni
(41 hari) |
Tirtå sah
saking sasånå (“Air
meninggalkan rumahnya” > jarang berkeringat karena udara dingin dan
kering)
|
Suhu
menurun dan terasa dingin (bediding)
|
Saatnya
menanam palawija: kedelai, nila, kapas dan saatnya menggarap
tegalan untuk menanam jagung
|
Begitu teliti dan cermatnya pengetahuan leluhur bangsa kita. Local genius
yang menyelaraskan astrologi bintang Waluku (bhs Jawa: Luku berarti bajak)
dengan tanda -tanda alam untuk kemudian digunakan dalam kehidupan pertanian dan
lainnya. Kehidupan pertanian, agraris, adalah mata pencaharian masyarakat Jawa.
Dewasa ini pengetahuan pranata mangsa sudah sangat jarang dimiliki oleh
generasi muda meskipun masih relevan dengan lingkungan. Usaha untuk tetap
memiliki pengetahuan pranata mangsa ini kemudian diberi sentuhan
"ilmiah" dengan adanya pengetahuan klimatologi, meteorologi,
dan geofisika yang lebih modern. Modernitas memang tidak dapat dihindari namun
seharusnya membentuk suatu akulturasi dengan local genius sehingga
membentuk pengetahuan asli Indonesia yang terbalut modern.
No comments:
Post a Comment