Thursday 17 November 2016

Teori Fenomenologi dalam Mendidik

Teori fenomenologi sejatinya hampir mirip dengan Teori Strukturasi milik Anthony Giddens, yaitu memandang individu sebagai pribadi unik yang memiliki latar belakang, tujuan, dan pandangan sendiri. Namun, terdapat perbedaan diantara keduanya. Jika Teori Strukturasi menganggap individu yang ada adalah agen sosial, artinya meskipun ada individu tersebut "dianggap beda" dengan masyarakat pada umumnya tetapi setiap individu memiliki potensi merubah struktur masyarakat. Agen sosial. Sedangkan Teori Fenomenologi melihat jika individu yang "berbeda" dengan masyarakat pada umumnya adalah suatu fenomena.
Fenomenologi mendasarkan bahwa perbedaan individu karena perbedaan dalam latar belakang, tujuan, dan pandangan pada individu. Perbedaan yang ada berpengaruh dalam pemikiran, tindakan, dan sikap individu terhadap aturan, struktur, atau pun bahkan norma sosial yang ada.
Didalam pendidikan, seorang pendidik perlu menerapkan fenomenologi dalam pembelajaran. Perbedaan diantara peserta didik merupakan fenomena yang disikapi secara seksama. Pembelajaran dengan peserta didik beragam harus menjadi perhatian pendidik (baca: Guru). Latar belakang peserta didik, baik keluarga-lingkungan tempat tinggal-teman sebaya, berpengaruh pada tingkah laku bahkan cara berpikir dan tujuan peserta didik yang bersangkutan.
Bekal fenomenologi setidaknya menjadikan pendidik akan lebih "humanis" dalam melaksanakan pembelajaran. Peserta didik akan merasa bahwa pendidik (baca: guru) sebagai orang tua plus dalam hidupnya. Orang tua plus yang dimaksud adalah plus sebagai kakak dan sahabat yang disegani. Tentu hal ini akan semakin membuat guru dapat semakin dekat dengan harapan Guru yang di Rindu. Dirindu oleh peserta didik, dirindu oleh pendidikan, dan dirindu surga tentunya. Amin


No comments:

Post a Comment

Disqus Shortname

Comments system